Apakah 'cinta' ? Sesungguhnya betapa sulit kita menjelaskan
kata yang satu ini. Sama halnya ketika kita harus mendefinisikan ihwal
kebahagiaan. Penyair Mesir, Syauqi Bey, melukiskan “cinta” dalam sebuah
sajaknya :
Apakah cinta ?
Mulanya berpandangan mata,
Lantas
saling senyum,
Kata berbalas kata,
Dan memadu janji,
Akhirnya bertemu.
Namun, yang digambarkan Syauqi Bey diatas adalah cinta romantic,
yaitu cinta waktu pacaran yang kadang-kadang berakhir putus setelah puas
bertemu dalam memadu cinta, tidak sampai meningkat ke jenjang pernikahan.
Adapun cinta yang tumbuh dalam pernikahan adalah lebih kuat dan lebih agung,
karena Tuhan menciptakannya untuk menjalin pernikahan itu menjadi kekal, tidak
gampang diputuskan. Itulah yang dapat menumbuhkan rasa bahagia, membuahkan
sakinah, dan menimbulkan kesetiaan yang tahan uji, yang tidak mudah ditembus
oleh godaan dan rayuan siapapun
Dalam bukunya The Art
of Loving , Erick Fromm (1983) sedemikian jauh telah berbicara tentang
cinta sebagai alat untuk mengatasi keterpisahan manusia, sebagai pemenuhan
kerinduan akan kesatuan. Akan tetapi, diatas kebutuhan eksistensi dan
menyeluruh itu, timbul suatu kebutuhan biologis, yang mlebih spesifik yaitu
keinginan untuk menyatu antara kutub-kutub jantan dan betina. Ide pengutuban
ini diungkapkan dengan paling mencolok dalam mitos bahwa pada mulanya laki-laki
dan wanita adalah satu, kemudian mereka terpisah menjadi setengah-setengah, dan
sejak itu sampai seterusnya, setiap lelaki terus mencari belahan wanita yang
hilang dari dirinya untuk bersatu kembali dengannya .
Pengutuban yang sama antara prinsip jantan dan betina
terdapat di alam; tidak hanya sebagaimana jelas dalam dunia binatang dan
tumbuhan, tetapi juga di dalam pengutuban dua fungsi dasariah, menerima dan
menerobos. Ide ini diungkapkan dengan indah oleh pujangga besar Muslim, Rumi :
Sesungguhnya tak pernah sang kekasih
mencari
tanpa dicari oleh kekasihnya
Apabila kilat cinta telah menyambar hati
yang ini
ketauhilah bahwa ada cinta di hati yang lain
Apabila cinta Allah bertambah besar didalam
hatimu,
pastilah Allah menaruh cinta atas mu.
Tak ada bunyi tepuk tangan hanya dengan
satu tangan
tanpa tangan lain
Kebijaksanaan Ilahi adalah takdir dan
ketetapan
yang membuat kita cinta satu sama lain.
Karena takdir itu, setiap bagian dunia ini
dipertemukan
dengan jodohnya
Dalam pandangan orang bijak: Langit adalah
laki-laki
dan Bumi adalah wanita: Bumi memupuk apa
yang telah
dijatuhkan oleh Langit
Apabila Bumi kekurangan panas, Langit
mengirimkannya
apabila ia kehilangan kesegaran dan embun,
Langit memperbaharuinya.
Langit berkeliling, bagaikan suami mencari
nafkah
kesana kemari demi istrinya
Dan Bumi sibuk dengan urusan rumah tangga ;
ia melahirkan
dan menyusui apa yang dilahirkan
Anggaplah Bumi dan Langit sebagai
terkaruniai dengan kecerdasan,
Karena mereka melakukan pekerjaan makhluk
yang memiliki kecerdasan
Andaikan pasangan ini tidak megecap
kenikmatan dari satu sama lain,
Mengapa mereka melangkah bersama bagaikan
sepasang kekasih ?
Tanpa Bumi, bagaimana bunga dan pohon bias berkembang
?
Kalau begitu apa yang akan dihasilkan
oleh air dan kehangatan Langit ?
Sebagaumanapun Allah memberikan keinginan
kepada laki-laki
Dan wanita sampai akhir sehingga dunia akan
terpelihara
oleh kesatuan mereka
Demikian juga ia menanamkan ke dalam setiap
keberadaan
nafsu terhadap bagian-bagian lain.
Siang dan malam bermusuhan kelihatannya,
namun keduanya
memiliki satu tujuan
Masing-masing saling mencintai demi menyempurnakan
karya
mereka bersama,
0 komentar:
Posting Komentar