Aljabar telah berkembang sejak zaman Mesir kuno lebih dari
3500 tahun yang lalu. Contohnya bias dilihat pada lempengan lontar peninggalan
bangsa Rhind. Orang-orang Mesir menulis permasalahan-permasalahan dalam
kata-kata, menggunakan kata “heap” untuk mewakili bilangan apa saja yang tidak
diketahui.
Sekitar tahun 300 SM, seorang sarjana Yunani kuno, Euclid,
menulis buku yang berjudul Elements ; dalam buku tersebut ia mencantumkan
beberapa “identitas” (rumus aljabar yang benar untuk semua bilangan) yang ia
kembangkan dengan mempelajari bentuk-bentuk geometris.
Orang-orang Yunani kuno menuliskan permasalahan-permasalahan
secara lengkap jika mereka tidak dapat memecahkan permasalahan-permasalahan
tersebut menggunakan geometri. Cara ini, disebut “aljabar retoris”, yang
membatasi kemampuan mereka untuk memecahkan permasalahan yang mendetail. Pada abad
ke-3, Diophantus of Alexandria (250) menulis sebuah buku berjudul Aritmetika,
dimana ia menggunakan symbol-simbol untuk bilangan yang tidak diketahui dan
untuk operasi-operasi seperti penjumlahan dan pengurangan. Sistemnya tidak
sepenuhnya dalam bentuk symbol; tetapi berada di antara system Euclid dan apa
yang digunakan sekarang ini. Untuk alas an ini, hal tadi dikenal sebagai “aljabar
sinkopasi”.
0 komentar:
Posting Komentar